Sunday, March 29, 2009

Tragedi Ban Bocor

Sepulang dari menghadiri pementasan pantomime, gue sama salah seorang kawan berjalan menyusuri jalanan ibukota menggunakan sepeda motor. Nggak nyangka, kegiatan yang dulunya gue hindarin ternyata sekarang jadi hobby baru gue, dulu gue pikir keluar malem-malem pake motor cuma cari masalah aja, secara gue gampang banged kena penyakit yang sama sekali tidak elit, which is masuk angin.
Sekarang, buat gue, itu adalah salah satu kegiatan pelepas stress gue setelah penat dengan semua kerjaan yang nggak ada abisnya. Setelah seharian ketemu sama si Mbok Lilik, Barang Antik dan yang lainnya yang cukup bikin gue stress tingkat tinggi.

Jalan-jalan malem di Jakarta pakai sepeda motor cukup mengasyikkan. Seolah-olah gue bisa ngeliat sisi berbeda dari Jakarta which is the darkside of Jakarta hehe.. nggak darkside juga sih.. mungkin lebih tepatnya kehidupan malam di Jakarta, dan juga bukan berarti kehidupan malam yang pake tanda kutip lho yah.. meskipun beberapa kali gue ketemu dengan salah satu "penghuni" malam, bukan hantu, bukan juga setan, hanya makhluk yang gendernya nggak jelas yang berpakaian asli minim dengan dandanan menor ala pemain ketoprak tapi punya body yang bikin gue iri berat. Kurus abis...

Melintas di jalan-jalan di Jakarta ketika malam seru banged, selain bebas macet, udara malam lumayan bebas polusi, secara mobil-mobil dan kendaraan umum yang rada kurang ajar dengan knalpot yang cukup bikin gue asma, bengek dan teman-temanya, udah mulai berkurang ketika malam.

Lagi asik-asiknya menikmati pemandangan Jakarta di kala malam, tiba-tiba kawan gue itu memelankan laju motornya dan menepi ke arah trotoar. Dengan kebingungan yang luar biasa (maaf, hiperbolik hehe) guepun ikutan turun..

"ada apa sih?"
"ban motorku bocor"
"ha? kok bisa?"
"kayaknya kena ranjau deh nih"
"ha? ranjau? kok nggak meledak?"
"ranjau paku maksudnyaaa.."
"hoooo...."
"pantesan daritadi feeling-ku nggak enak"
"kenapa?" (sambil mikir, jangan-jangan gara-gara boncengan sama gue nih)
"iya, soal ranjau paku ini, sialan.. kena juga" (hoo, ternyata bukan gara-gara gue hehe)

ya sudahlah, terpaksa gue sama kawan gue ini mendorong motor sambil mencari tempat tambal ban, tapi ini udah hampir tengah malam, mana ada tukang tambal ban yang masih buka ampe jam segini. Ada juga tukang nasi goreng yang dari tadi bikin gue ngiler jijay..

Sambil nunggu kawan gue itu keliling cari tukang tambal ban, gue duduk di halte sambil skimming kali aja ada pemandangan menarik hehe...
Gue jadi kepikiran, ada yah orang yang sampe sebegitunya buat cari makan aja. Tiba-tiba gue jadi keingetan sama salah satu tayangan di stasiun televisi swasta yang mengulas soal penebar ranjau itu. Tapi anehnya, kalo emang disitu spotnya ranjau paku, kenapa di deket situ nggak ada tukang tambal ban yang stand by?? Karna gue sama kawan gue terpaksa harus mendorong motornya dengan jarak yang lumayan jauh.

5 menit.. 10 menit.. akhirnya penantian gue datang juga. Kawan gue dengan sedikit terengah-engah bilang kalo dia udah ketemu sama si tukang tambal ban itu.

"emang ada dimana tukang tambal bannya?"
"itu tuh disana (dengan tampang hopleses sambil menunjuk ke arah seberang jalan raya)"
"waks!! jadi maksud kamu kita harus cari puteran buat sampai ke seberang sana??"
"iya (dengan tampang yang makin hopless)"

Whuaah, untunglah, penderitaan gue sama kawan gue itu berakhir sudah, meskipun kita kudu cari puteran untuk muter dibawah jalan raya. Ibarat peribahasa, berakit-rakit ke hulu, bersenang-senang kemudian. Bersakit-sakit dahulu, senangnya belakangan.

"ada pakunya pak?"
"wah ada nih mas, gede banged.."
"hah? kok gede banged? paku apaan?"
"pakubuwono.."
"heeuuuuuuhhh........!!!!!!!!"

2 comments:

  1. ancurrrr...garinkk :P..utaaaa takjub gw lu bisa nulis beginiannn....*wink2

    ReplyDelete
  2. heh anonymous mirip timus...
    kalo takjub kenapa dibilang garink uugh dasar fadil tukang boong hehe...

    ReplyDelete